Memuat...
Bona Taon si Raja Lumbantobing Ompu Sumuntul
Pomparan ni Ompu Panakkap Se-jabodetabek

                Keluarga Besar Tobing  Op. Panakkap Se-Jabodetabek adakan pesta bonataon untuk mengucap syukur atas penyertaan dan perlindungan Tuhan selama ini, yang diselenggarakan di Toba Dream, Minggu (28/2).

                Seluruh pomparan Si Raja Tobing Op. Panakkap, hadir bahkan di luar perkiraan panitia. Acara diawali dengan kebaktian dan kotbah disampaikan Pdt. Rahmat L. Tobing dari HKBP Cengkareng dengan tema,”Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah” ( Kejadian 9:16).

                Dalam kotbah, Pdt. Rahmat mengingatkan agar tetap menyandarkan hidup kepada Tuhan dan menghadirkan Tuhan di tengah-tenga keluarga, saling menolong dan mengasihi.

                Usai kebaktian dilanjutkan ramah tamah dan makan bersama.kemudian acara perkenalan seluruh angota keluarga (pinompar) dan pemberian bingkisan kepada para penasehat yang telah memberi waktu dan tenaganya mengurus dan membangun Si Raja Lumban Tobing Op. Panakkap.

                Pada kesempatan itu, bingkisan ucapan terima kasih diberikan kepada Kolonel (Purn) Ojak L. Tobing/Gultom, Dohar L. Tobing/Siahaan, Hotma L. Tobing/Pardosi, Manahan L.Tobing/Sihombing, dan kepada Ketua Punguan Suhut L. Tobing/Tambunan.

                Panitia juga mengundan Yamaro Sitompul, pencipta lagu dan penyanyi yang pedui dengan Pohon Beringin Nommensen yang ada di Sait Ni Huta Tarutung, tempat IL. Nommensen kala itu mengajrkan Injil kepada masyarakat setempat dan raja-raja dan kemudian lokasi pohon beringin menjadi patungkoan (tempat berkumpul).

                Yamaro Sitompul meminta kepada Marga Tobing yang ada di Sait ni Huta dan yang ada di parserakan agar bersama-sama membangun kampong tersebut yang punya sejarah masuknya agama Kristen ke Tanah Batak.

                Saat ini telah dibibitkan 1000 pohon dan masih terus berlanjut pembibitan sehingga pohon Beringin Nommensen ini tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah dan HKBP dapat mewujudkan Kompleks Hariarar (Beringin Nommensen) di Sait ni Huta menjadi salah satu kujungan wisata rohani seperti Salib Kasih.

                Gapura gerbang masuk direncanakan akan dibangun dan Yamaro mengusulkan di gapuratersebut ditulis: “Selamat Datang di Partungkoan Beringin Nommensen” (Hariarar Nommensen).

                Hotma L. Tobing selaku penasehat berencana ke Sait ni Huta untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan Yamaro, untuk melestarikan tempat ini sebagai tempat wisata dan akan memugarnya agar tempat ini dilirik dan dikunjungi para wisatawan.

                Bonataon ini diketuai Herry L. Tobing, Sekretaris Ir. Posma, Bendahara Boru Tobing

                                                                                                                Saut Simanjuntak/Pesta Tobing

                                                      Majalah Suara HKBP Edisi,129/Maret-April 2016/Tahun XII

Nara sumber: Truman Sirait
Tokoh Adat Batak Marga Sirait se-Jabodetabek/Banten
 
Filosofi Beringin Nommensen Menurut Tokoh Adat
                                                                                                
            Beringin dalam bahasa batak adalah Hariara (Baringin), yang pada dasarnya menggambarkan pohon besar yang mempunyai makna dalam kehidupan manusia dan menyempurnakan ekosistim alam semesta ciptaan Allah Maha Besar.

            Pohon beringin sejenis pohon yang besar dan kuat. Beringin yang tumbuh pada alam bebas belum pernah kita tahu ada yang mati kekeringan atau penyakit tumbuhan yang lain, sangat jarang pohon beringin patah dan tumbang, karena akar yang dimiliki sangat menopang pohonya yang menjulang tinggi. Pohon beringin di tanah suku bangso batak biasanya di tanam di Holang-holang ni huta atau di Harbangan ni huta (Gerbang pintu masuk perkampungan)

            Hariara (Beringin) merupakan pohon yang masuk salah satu property pelaksanaan adat Batak pada saat acara pemberangkatan seseorang orangtua yang meninggal dengan lanjut usia memliki gelar “Saurmatua”. Sebutan kepada orang yang meninggal disebut Saurmatua adalah, orangtua yang telah memilki keturunan anak laki-laki dan anak perempuan serta memiliki cucu bahkan cicit. Juga dianya menikmati suka cita dalam hidupnya, kekayaan dan ketokohannya menjadi panutan bagi masyarakat sekitar dan kepada para generasi.

            Pelaksanaan adat  batak pada acara kematian Saurmatua, pohon Beringin salah satu yang utama di butuhkan melengkapi Sanggul Marata yang disebut Duhut-duhut si Jagaron. Adapun kelengkapan property dimaksud ada 7 jenis:
1. Beringin – melambangkan Kesatuan dan Banyak Keturunan
2. Pokki – jenis kayu besar kuat sejenis ketangguhan pohon Damar, melambangkan keteguhan Iman kepad Tuhan dan penuh Harapan.
3. Padi – Melambangkan Kekayaan atau kemakmuran
4. Sanggar – melambangkan ramah Lingkunan
5. Silinjuang – melambangkan Kerinduan
6. Ompu-ompu
7. Ampang – ukuran atau tempat property Sijagaron (Beringin dan yang lainya).

Beringin Nommensen
            Saat ini kehadiran sebuah sebutan untuk situs sejarah penginjilan di tanah suku bangso batak “Beringin Nommensen” yang konon dalam sejarah perjalanan salah seorang missionary agama Kristen DR IL Nommensen berkebangsaan Jerman yang di utus kongsi Mission Barmen, Kongsi Mission Barmen yaitu kerjasama antara Negara Jerman dan Belanda.

            Pohon Beringin Nommensen masih berdiri kokoh sampai saat ini di Sait ni Huta komplek Huta Dame Tarutung Tapanuli Utara dan diperkirakan umur pohon tersebut sudah lebih 200 tahun. Pada akhir tahun 1864 (Buku Parsorion DR IL Nommensen cetakan 1921 oleh JT Nommensen) bahwa Nommensen pertama sekali ke Sait Ni Huta Tarutung akhir tahun 1863, lalu berangkat lagi ke Parausorat Tapsel lalu kembali lagi ke Sait ni Huta tahun 1864, dan pada saat itulah sekitar pohon Hariara (Beringin) yang ada di huta Sait ni Huta, di manfaatkan oleh Nommensen sebagai Partungkoan (Tempat Berkumpul para Raja dan masyarakat kampung) mengajarkan ilmu pengetahuan dan memberitakan Injil.
           
            Dari situ bahwa beringin Nommensen sudah menunjukkan bahwa pohon Beringin memiliki jenis pohon yang mempunyai karakter kaya akan manfaat kepada kehidupan dan interaksi kehidupan manusia.

            Kini pohon beringin yang ada di sait ni huta Tarutung di kembang biakkan oleh salah seorang Artis/Seniman dan Musisi Otodidak Yamaro Sitompul. Hal ini bukan semata-mata hanya coba-coba untuk mengembangkan atau membibitkan untuk kepuasan pribadinya, namun jauh melebihi apa yang di pikirkan sesamanya.

            Dianya berkarya dengan gigih apa yang dapat ia kerjakan dia serius berkreasi dengan tujuan berguna untuk Umat manusia, sama halnya dengan beliau mencipta lagu dan menyanyi di atas panggung hanya untuk menyenangkan hati Orang terlebih Tuhanya.

            Kembali pada sifat pohon beringin, bahwa Beringin Nommensen adalah bagian dari berbagai jenis beringin lainya. Beringin tumbuh cepat dan besar, mempunyai akar yang subur. Pohon beringin belum ada ceritanya cabang dan ranting-rantingnya di tumpangi oleh “Benalu”. Beringin biasanya bersih dari tumpangan tumbuhan Benalu. Buah beringin bila sudah matang bisa dimakan rasanya manis dan daun beringin Nommensen bisa dimakan. Jenis pohon beringin, tumbuhan penyimpan air yang banyak dan memproduksi oksigen, juga daunnya rindang sangat sejuk untuk tempat berteduh.

            Dengan demikian, begitu juga keghidupan manusia yang ber keluarga, bahwa kehidupan yang hakiki adalah keluarga yang terlepas daru berbagai masalah yang dapat merusak keutuhan sebuah keluargannya Tuhan. Keluarga yang telah di persatukan Tuhan harus terhindar dari beban (Masalah) yang memberatkan dari pihak-pihak ketiga perusak rumah tangga.

            Beringin Nommensen adalah sebagai symbol kerukunan rumah Tangga atau persekutuan umat. sehingga dengan itu, setiap yang memahami karakteristik pohon beringin Nommensen dan sejenisnya, pasti memiliki kekuatan Iman untuk melakoni kerukunan itu dalam keluarga dan berkumpul bersama-sama anak-anak Tuhan dalam persekutuan. Setiap yang memahami arti indahnya kebersamaan yang terhindar dari noda-noda beban kehidupan itu, maka dengan itu, Tuhan pun senang untuk memberkati menopang kesejahteraan bersama.

            Beringin Nommensen akan menjadi symbol Kerukunan dan kemakmuran. Karena Beringin Nommensen bukan semata-mata dilihat dari bentuk fisik pohonnya. Namun, nama Pohon Beringin Nommensen memiliki arti dan nilai sejarah tersendiri karena dibawah pohon atau pekarangan Beringin Nommensen di ciptakanya menjadi Partungkoan (Tempat Ngumpul) disanalah awal penginjilan di tanah Batak oleh DR IL Nommensen.

            Bagi yang melihat dan memiliki Beringin Nommensen, dia pasti mengingat perjuangan Nommensen di Tanah bangso Batak dalam menyebarkan Injil. Sehingga Beringin Nommensen menyimpan makna sejarah Injil.

            Disamping itu pula, Beringin Nommensen kalau dilihat dari fisik pohonya yang kekar dan unggul menampung air dan memproduksi air, tumbuhan ini adalah diperkirakan sejenis tumbuhan yang unggul menghijaukan Alam Semesta ciptaan Allah Maha Besar.

            Demikian penuturan Truman Sirait kepada team riaubangkit.com. dianya adalah salah seorang Tokoh Adat Batak marga Sirait Se Jabodetabek/Banten, tinggal di Bekasi, beliau lahir di Lumban Lintong Porsea,13 September 1966,(Tobasa).

                                                                     (rbc)riaubangkit.com    2 Maret 2016. 

Penanaman Beringin Nommensen 
di Komplek Gereja HKBP Pangaloan Pahae

            Gereja HKBP Pangaloan Pahae, Tapanuli Utara adalah gereja Tertua yang pertama sekali di Ojakhon Juli 1862 oleh Pdt. G Van Asselft (Warga Belanda), pendeta senior daripada IL Nommensen. gereja pertama ini di Ojakhon setelah rapat empat pendeta di Sipirok Tapanuli Selatan 1861.

            Menurut cerita, tahun 1857 tuan pendeta G Van Asselft sudah menempati pos di Sipirok Tapanuli Selatan, namun dikarenakan Tapanuli selatan masyarakatnya sudah lama lebih dulu menganut agama Muslim, akhirnya Van Asselft pun belum bisa mendirikan gereja. Sampai Tahun 1861 di saat pendeta terdesak di Borneo Pulau Kalimantan karena peperangan yang sengit terjadi di sana, sehingga pimpinan Misionari dari Eropa menyarankan agar lari pindah berlayar ke Pulau Sumatera tepatnya Padang Sumatera Barat menyusul rekan pendeta mereka Tuan Van Asselft yang pada waktu itu sudah bermukim di Sipirok.

            Setelah mereka bertemu di Sipirok, mereka mengadakan rapat pembagian tugas dan berpencar untuk menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak. Karena di Tapanuli Selatan sudah rata-rata menganut agama Islam, meraka tidaklah mendirikan gereja pada waktu mereka rapat tahun1861 itu.

            Setelah Pdt. Van Asselft dan Pdt. Heine bertugas menelusuri tanah batak arah Utara melalui Pahae dan Pdt. Klemmer dan Pdt. Batz menyebar di Tapanuli Selatan. Pada bulan July 1862, baru Pdt. Van Asselft yang dibantu sahabatnya saudagar dari Pangaloan marga Gultom dan Marga Nainggolan Menantu Marga Sitompul yang ada di Bariba ni Aek Pangaloan Pahae, dulunya mereka sering bertemu di Sidempuan bersama Pdt. Van Asselft sewaktu di Sidempuan. 

            Dengan bantuan mereka berdua membantu Pdt. Van Asselft dari Sarulla (Tempat ia sementara, karena di Sarulla Juga masyarakatnya sudah banyak menganut agama Islam, sehingga ia tidak memaksakan mendirikan Gereja disana). Gultom membawa Pdt. Van Asselft menhadap hula-hulanya marga Sitompul.

            Berkat tingginya nilai Dalihan Na Tolu, Manat Mardongan Tubu, Somba Marhulahula, Elek Marboru, sehingga permintaan Gultom kepada hula-hulanya Raja Sitompul agar kiranya tuan Pdt. Van Asselft diterima di desa tersebut dan memberikan sebidang tanah untuk didirikannya Gubuk tempat temanya Gultom  berteduh, dengan baik hati kepada pamoruonya Gultom, sehingga Raja Sitompul Lumban Toruan yang berada di bariba ni Aek Godang Pangaloan memberikan lahan untuk membuat Gubuk di Pinggir Sungai Batang Toru.

            Setelah mendirikan Gubuk, di situlah awal Pdt. Van Asselft mulai melayani dengan mengobati warga Sitompul yang sakit, mengajarkan Ilmu pengetahuan dan mengajarkan Injil. Dan pada bulan Juli 1862, Pdt. Van Asselft mangojakhon Gubuknya itu menjadi Gereja.

            Di tahun yang sama 1862, tuan Pdt. Heine tiba di Sigompulon Pahae Julu tepatnya di desa Lumban Dolok Sigompulon. Di sana Heine menghadap kepada Raja huta di sana yaitu Ompu Huta Raja Sitompul (Ompungnya Yamaro Sitompul). Pada saat itu pomparan Ompu Huta Raja Sitompul Lumban Dolok Saorniaji, memberikan sebidang tanah untuk didirikan oleh Pdt. Heine Gubuk tempat ia berteduh. Dengan bijaksaannya tuan Heine menemani anak dari pada pomparan Ompu Hutaraja dan mengajarinya ilmu pengetahuan dan Injil, sehingga pada bulan Oktober 1862 Tuan Pdt. Heine mangojakhon gubuknya itu menjadi Gereja tempat ia mengajarkan Firman Tuhan. Itulah sampai saat ini Gereja HKBP Sigompulon gereja nomor Dua Tertua di Tanah Batak.

            Setelah tahun 1863 akhir, Nommensen tiba di Pahae Sigompulon bertemu dengan seniornya Pdt. Heine.

            Setelah IL Nommensen dan tuan Heine ketemu, lalu mereka berangkat ke Pangaloan Pahae ketemu dengan seniornya tuan Pdt. Van Asselft. Mereka bertiga berangkat ke Parau Sorat Tapanuli Selatan bergabung dengan Pdt. Klemmer dan Pdt. Batz mengadakan rapat membagi tugas kepada IL Nommesnen dan dia ditugaskan menyebarkan agama Kristen ke Rura Silindung Tarutung, dengan petunjuk Pdt. Van Asselft dan Pdt. Heine, raja-raja mana yang bisa ditemui oleh Nommensen. Karena Van Asselft dan Heine sudah penah berkunjung ke Rura Silinding Tarutung sebelum Nommensen Tiba di Tanah Batak.

            Gereja HKBP Pangaloan adalah gereja Yamaro Sitompul, yang pada tanggal 26 Desember 1965 Yamaro Sitompul dibaptis di gereja tertua ini oleh Pdt. LT Simanjuntak,STh pada saat menulis tulisan ini, beliau amang pendeta Pdt. LT Simanjuntak,STh masih sehat dan beliau anggota Lansia di HKBP Tebet Jakarta Selatan.

            Di Pargodungan gereja HKBP Pangaloan ini Yamaro Sitompul bersekolah SMP HKBP Pangaloan tahun 80-an, guru-guru yang masih sehat sampai surat ini saya tulis antara lain Pdt. Baharuddin Silaen,MSi (Redaksi Majalah Suara HKBP Distrik Jakarta,Dosen UKI,dosen UV Mercubuana), Pdt. Togar Siregar ,STh. Pendeta di Medan dan Gr Pasihar Hutabarat (Pak PH-si Ganjang) di Silangkitang Pangaloan Pahae.

            Pada tanggal 9 Januari 2016, Yamaro Sitompul  bersama pendeta Sidabutar pendeta Resort HKBP Pangaloan, menanam Beringin Nommensen di pekarangan Gereja sebanyak 4 batang.

            Gereja Hkbp Pangaloan Pahae dalam tahap pembangunan dengan nilai 3.6 miliar. Hal ini terjadi karena bangunan Gereja HKBP Pangaloan yang lama rusak berat setelah di guncang Gempa Pahae pada tahun 2011.

                                                                                                (Yamaro)




Media "Diplomat"
Yamaro Sitompul, Pencipta sejumlah lagu tentang HKBP dan Tuan Nommensen tergerak membibitkan pohon Hariara (Beringin) Nommensen dari Sait ni Huta, Komplek Huta Dame Tarutung. Pohon tersebut diperkirakan berumur lebih 200 tahun, pada tahun 1864 DR IL Nommensen pertama kali menginjakkan kakinya di Tarutung, pelayanannya pertama dimulai dibawah pohon hariara tersebut.

Sekarang pohon itu menjadi Situs sejarah HKBP yang di dalamnya pelayanan penginjilan dan Ilmu Pengetahuan. untuk tahap pertama pohon ini akan ditanam di seluruh pekarangan gereja HKBP diseluruh Dunia, kemudian keseluruh Jemaat HKBP dan jemaat Gereja-gereja lainya. 

Yamaro Sitompul pun sudah menyerahkan bibit tersebut kebeberapa tempat.(TH).

by, Drs. John Musa Tobing,MSc 
(Pemimpin Redaksi Diplomat dan Direktur Utama Konsultan Lingkungan Hidup).


BERINGIN NOMMENSEN EKSPOSE

BIBIT BERINGIN NOMMENSEN


YAMARO SITOMPUL


BERSAMA KELUARGA



BORU TOMPUL